NTT VIVA – Tak banyak yang menyangka bahwa Melkianus Tamo Ama, pria asal Desa Obarade, Kecamatan Wewewa Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, dulunya nyaris tak tersentuh kehidupan gereja. Meski lahir di lingkungan dekat Gereja Kristen Sumba (GKS) Pusat Obarade, masa mudanya justru jauh dari pelayanan rohani.

“Saya dibaptis, tapi sampai tamat SMA saya jauh dari gereja,” ungkap Melkianus, Kamis, 15 Mei 2025.

Namun garis hidupnya berubah drastis di tahun 2007. Berangkat ke Kupang dengan niat mencari kerja, ia justru menemukan jalan pendidikan lewat jalur beasiswa. Dari puluhan pendaftar, hanya enam orang yang diterima — dan salah satunya adalah dirinya.

Melkianus diterima di Universitas Negeri Malang, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Lulus tahun 2011, ia pulang kampung dengan harapan membangun pendidikan di tanah kelahirannya. Namun tak semudah yang dibayangkan. Ia sempat bekerja serabutan di proyek bangunan hingga ke Sumba Tengah.

Meski begitu, api idealisme tak pernah padam. Sejak masa kuliah, Melkianus telah memendam mimpi membangun sekolah di desanya. Impian itu mulai nyata saat ia dipercaya memimpin SMK Efata Obarade. Kini, sekolah itu memiliki dua jurusan strategis: Pariwisata dan Perhotelan — bidang yang selaras dengan potensi pariwisata Sumba.

Pada tahun 2025, genap satu dekade kepemimpinannya, Melkianus mendirikan Yayasan Konge Kara Keita. Sebuah tonggak baru yang mempertegas perannya dalam dunia pendidikan dan pelayanan.